Rabu, 15 Mei 2013

Salah Jatuh Cinta




Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami yang namanya salah jatuh cinta. Yap. Salah masuk kelubang yang sebenarnya tak kita inginkan dan terjebak didalamya. Sebenarnya kita tak ingin namun tetap saja kita jalani. Bukan karena sayang, tapi karena rasa penasaran, kesepian atau rasa kasihan. 

Dalam hal ini, ada seseorang yang akan tersakiti bahwa faktanya seseorang yang dia incar tak menyukainya, ia menerimamu atas dasar itu tadi, kasihan. Kamu harus tahu bila hubungan yang didasari atas dasar kasihan, bila diteruskan akan menjadi bom waktu yang akan meledak sewaktu-waktu. 

Bukan maksud mempermainkan atau ingin menyakiti, tapi disini hati yang berbicara. Kamu ingin melepaskan tapi belum mau untuk melakukan. Salah jatuh cinta sangat tidak enak. Karena kita menjalaninya dengan setegah hati. 

Ada juga salah jatuh cinta atas dasar paksaan dari teman atau keluarga, mereka mencoba menjadi mak comblang untukmu agar kamu tak kesepian lagi, kamu ingin menolak namun tak sanggup dikarenakan segan atau sungkan.

Saya tau rasanya salah jatuh cinta itu gimana, saya juga pernah mengalami. Mungkin pelajaran yang dapat saya ambil dari kejadian ini adalah “jangan pernah memberi harapan pada seseorang apabila kamu tak ingin kepadanya” karena jika kamu memberinya harapan, maka kemungkinan besar akan adanya zona salah jatuh cinta berpeluang besar.

Senin, 13 Mei 2013

Petemuan Tak Terduga



Halo matahari, siang ini kamu begitu panas tak seperti biasanya, apa gerangan yang membuatmu demikian? Apakah ada seseorang yang melukaimu? Ah semoga saja tidak.

Pagi ini, aku tak sengaja melihat temanku berbalas mention dengan dia, iya dia. Dia yang 9 bulan lalu telah berhasil merontokkan hatiku hingga berkeping-keping tak berbentuk lagi. Jujur, setelah dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, aku tak pernah bertemu denganya walaupun kami tinggal dalam satu lingkungan. Aku rindu tapi tak ingin kembali. Seperti apa dia sekarang? Apakah seperti dulu? Karena rasa penasaran yang menggebu, akhirnya aku mencoba membuka profil twitter dia, dan membuka avatarnya, wahh dia masih seperti yang dulu, hanya saja rambutnya lebih panjang tak seperti saat dia bersamaku dahulu. Karena mengenang dia membuat hati ini sakit, aku memutuskan menutup dan kembali berbalas mention dengan teman-temanku.

Jam dinding bulat berwarna pink di kamar telah menunjukkan pukul 09.00. Aku bersiap-siap berangkat kesekolah karena rindu suasana kelas dan rindu teman-teman. Diperjalanan menuju sekolah, aku bergumam sendiri sembari melihat jalan yang dipenuhi debu karena pembangunan perumahan baru. “Ya Allah, sudah hampir 9 bulan setelah hubungan kami kandas, aku tak pernah bertemu dengannya. Padahal kami berada dalam satu tempat. Apa Kau tak mengizinkan kami untuk bertemu agar hati ini tidak merasakan sakit lagi?”
Matahari kian liar dan menunjukkan keganasannya, terbukti pada pukul 13.00 suasana begitu panas mencekam, aku memutuskan untuk pulang dan tidur karena kepala mulai tak bersahabat. Diperjalanan menuju rumah, aku terkejut. Terkejut karena berpapasan dengan seseorang yang sangat aku kenal. Yap benar. Dia. Aku memacu motor dengan kencang, dia mengejar. Aku sengaja mengerem dan dia mengerem juga. Sekarang posisi kami sejajar. “Kok kabur?” katanya sambil membuka kaca helm sambil tersenyum. “Lagi malas aja, udahlah pergi sana” kataku ketus. “Nggak mau. Mau disini aja. Yok jalan barengan. Panas nih” katanya sambil nyengir kuda karena kepanasan. “Nggak. Aku muter aja. Malas jumpa kau” akhirnya aku memutar arah dan segera pergi meninggalkan dia yang masih terdiam ditempat ia berada.

Aku tak tau apa tindakanku ini benar atau tidak, yang jelas setiap melihat atau mengingat dia, hati ini menolak da nada rasa ‘sakit’ yang masih memendam dalam dada. Tuhan, apa maksud rencanamu barusan? Bukankah aku berkata padamu tadi bahwa k ami tak pernah bertemu setelah apa yang terjadi. Apa kau sengaja mempertemukan kami dalam situasi tadi? Entahlah. Apapun alasan-Mu, aku ingin mengucapkan terimakasih, berkat pertemuan tadi, rinduku padanya dapat tersalurkan walaupun tak banyak.

Jumat, 10 Mei 2013

Karena Memperjuangkanmu adalah Caraku Memperlakukanmu


Harus berapa malam lagi yang harus aku habiskan dengan air mata ini? Harus berapa waktu lagi yang harus aku sia-sia kan cuma untuk memikirkan kamu dan semua kenangan-kenangan kita yang sudah menjadi abu dan terbang dibawa angin menuju tempat yang dinamakan "masa lalu". Ajari aku melawan rindu, agar hati ini tak selalu merasakan pilu dikarenakan memikirkanmu. Aku mengerti, bahwa meratapimu tak akan membuatmu kembali dalam genggamanku, tapi aku bisa apa selain menangis? Aku tak sekuat kamu yang dengan gampang melupakan aku yang pernah berada di hidupmu. Wanita memang begitu, lebih mengandalkan perasaan ketimbang logika. Bukankah itu istimewanya perempuan, kan?

Aku berusaha memahamimu,mungkin kau sedang tak ingin diganggu dan ingin menenangkan hati serta pikiran dengan semua kemelut yang membelit tentang kita. Tapi tahukah kau bahwa aku disini selalu gelisah menanti kabarmu yang tak kunjung tiba?

Ah... seharusnya aku tak mengabarimu, agar hati ini tak merasa merindu dengan sosokmu yang kian meredup. Harusnya aku sadar, bagaimanapun usahaku untuk memperjuangkanmu dengan cara apapun, hasilnya akan nihil dan sia-sia. Karena hanya aku yang berjuang, sementara kamu hanya dian dan tak mau tahu tentang keadaan. Apalagi yang bisa aku lakukan selain menunggumu mengerti tentang semua ini? Apa kurang jelas perhatian dan waktu yang aku berikan untukmu? Apa usaha yang aku lakukan padamu masih kurang jelas untuk kau lihat?

Buka matamu! Ada aku yang selali berusaha ingin disampingmu walaupun kau tak menganggapku demikian. Tak bisakah aku mengisi ruang dihatimu sedikit saja? Tak bisakah kau melihat ke arah ku sebentar saja? Kapan kau mengerti bahwa aku selalu ada untukmu walaupun kau tak meminta itu? Aku lelah... Aku lelah memperjuangkan "kita" sendirian. Aku butuh kamu untuk menjadi "kita" yang sesungguhnya.