Halo matahari, siang ini kamu
begitu panas tak seperti biasanya, apa gerangan yang membuatmu demikian? Apakah
ada seseorang yang melukaimu? Ah semoga saja tidak.
Pagi ini, aku tak sengaja melihat
temanku berbalas mention dengan dia, iya dia. Dia yang 9 bulan lalu telah
berhasil merontokkan hatiku hingga berkeping-keping tak berbentuk lagi. Jujur,
setelah dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, aku tak pernah bertemu
denganya walaupun kami tinggal dalam satu lingkungan. Aku rindu tapi tak ingin
kembali. Seperti apa dia sekarang? Apakah seperti dulu? Karena rasa penasaran
yang menggebu, akhirnya aku mencoba membuka profil twitter dia, dan membuka
avatarnya, wahh dia masih seperti yang dulu, hanya saja rambutnya lebih panjang
tak seperti saat dia bersamaku dahulu. Karena mengenang dia membuat hati ini sakit,
aku memutuskan menutup dan kembali berbalas mention dengan teman-temanku.
Jam dinding bulat berwarna pink
di kamar telah menunjukkan pukul 09.00. Aku bersiap-siap berangkat kesekolah
karena rindu suasana kelas dan rindu teman-teman. Diperjalanan menuju sekolah,
aku bergumam sendiri sembari melihat jalan yang dipenuhi debu karena
pembangunan perumahan baru. “Ya Allah, sudah hampir 9 bulan setelah hubungan
kami kandas, aku tak pernah bertemu dengannya. Padahal kami berada dalam satu
tempat. Apa Kau tak mengizinkan kami untuk bertemu agar hati ini tidak
merasakan sakit lagi?”
Matahari kian liar dan
menunjukkan keganasannya, terbukti pada pukul 13.00 suasana begitu panas mencekam,
aku memutuskan untuk pulang dan tidur karena kepala mulai tak bersahabat. Diperjalanan
menuju rumah, aku terkejut. Terkejut karena berpapasan dengan seseorang yang
sangat aku kenal. Yap benar. Dia. Aku memacu motor dengan kencang, dia
mengejar. Aku sengaja mengerem dan dia mengerem juga. Sekarang posisi kami
sejajar. “Kok kabur?” katanya sambil membuka kaca helm sambil tersenyum. “Lagi
malas aja, udahlah pergi sana” kataku ketus. “Nggak mau. Mau disini aja. Yok jalan
barengan. Panas nih” katanya sambil nyengir kuda karena kepanasan. “Nggak. Aku muter
aja. Malas jumpa kau” akhirnya aku memutar arah dan segera pergi meninggalkan
dia yang masih terdiam ditempat ia berada.
Aku tak tau apa tindakanku ini
benar atau tidak, yang jelas setiap melihat atau mengingat dia, hati ini
menolak da nada rasa ‘sakit’ yang masih memendam dalam dada. Tuhan, apa maksud
rencanamu barusan? Bukankah aku berkata padamu tadi bahwa k ami tak pernah
bertemu setelah apa yang terjadi. Apa kau sengaja mempertemukan kami dalam
situasi tadi? Entahlah. Apapun alasan-Mu, aku ingin mengucapkan terimakasih,
berkat pertemuan tadi, rinduku padanya dapat tersalurkan walaupun tak banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar