Senin, 14 Januari 2013

Luka

                “Udahlah jangan diinget-inget lagi, dia itu cuma jejak masa lalu kamu yang nggak sepantasnya kamu inget lagi, dia udah nyakitin kamu banget, kamu harus ingat itu” kataku sambil menepuk bahu kanan sahabatku, Risa. Penghianatan yang dia alami cukup dalam, sehingga menorehkan guratan-guratan luka didalam hatinya.
“Aku masih nggak habis pikir sama kejadian yang aku liat beberapa jam yang lalu Qis, Telalu sakit.Orang yang selama ini aku percaya ternyata malah orang yang paling menyakiti aku. Kamu nggak tau apa yang aku rasain, Qis” ungkapnya getir, kupandang sekilas wajahnya, terlihat bulir air mata selalu menetes disetiap sudut matanya.
“Aku emang nggak tau segimana rasa itu kamu alami, tapi seenggaknya kamu harus berusaha mengikhlaskan apa yang udah terjadi, ini semua udah jalan dari Tuhan, kamu nggak bisa rubah itu, nggak akan pernah bisa” kataku.
****
                “Nonton film ini aja yuk Qis” kata Risa sambil menunjuk film di 21 yang berjudul 5cm. “Yuk, kata orang sih bagus”.
Sambil mengantri membeli tiket, kami melihat sekeliling bioskop, ternyata hari Kamis pun lumayan ramai, banyak siswa-siswi yang masih mengenakan seragam sama seperti kami. Setelah mendapatkan tiket nonton di bangku F, kami berpindah tempat menuju tempat popcorn dan soft drink, setelah memesan kamipun mengantri untuk menonton film. 2 jam pun berlalu, film selesai dan kamipun menuju ke restoran siap saji Amerika yang berada dilantai 2, saat kami ingin menuruni tangga escalator tiba-tiba..
“Qis!” kata Risa mengagetkanku. “Apa? Kok teriak? Kuping aku masih normal Ris” kataku kesal sambil memegang telinga. “Itu.. Itu kayaknya Gilang,Qis. Dia.. dia sama cewek!” katanya dengan suara yang setengah keras sambil meremas lengan kananku.
“Mana?” kataku melihat disekeliling Mall. “Itu samping toko Polly pakai kemeja garis horizontal warna biru. Qis, aku.. aku mau kesana” katanya sambil berusaha menenangkan diri .
“Astaga! Iya Ris, itu Gilang. Ayok kesana!” kataku setengah tak percaya dengan apa yang aku lihat didepan mataku ini.
Kamipun berjalan menuju Gilang.
                “Gilang..” sapa Risa sambil memandangi Gilang dari atas sampai bawah.
“Eh Risa. Kamu.. kamu ngapain disini? Kok ngga bilang-bilang kalau pergi?” kata Gilang gagap.
“Sayang, siapa nih? Temen kamu ya? Kenalin aku Melly, pacarnya Gilang, kamu siapa ya?” kata cewek yang berada disamping Gilang yang mengaku ia adalah pacar Gilang yang bernama Melly sambil mengulurkan tangan.
“Pacar?!“ kata Risa tak percaya.
“A..Aku bisa jelaskan Ris, ini..ini..”.
“Iya aku pacarnya, kenapa?” kata Melly sambil memperhatikan kami bertiga.
“Oh jadi gini,Lang?” seulas senyum menahan kesakitan pun tersirat di wajah cantik Risa.
“Apa yang sebenernya terjadi? Kalian siapa?” tambah Melly.
“Maaf Mel, aku mau ngomong sebentar dengan Gilang, boleh kan?” kata Risa sambil menarik Gilang kea rah pukul 6.
****
“Maksud kamu apa kaya gini ke aku? Jawab! Aku salah apa Lang? salah apa?! Selama ini kurang baik apa aku sama kamu ?!” ungkap Risa menahan suaranya agar tidak terdengar oleh pengunjung yang lain, ia menarik-narik lengan Gilang, dan Gilang tak bisa berbuat apa-apa lagi, ketahuan basah.
“Aku..aku udah bosen sama kamu, aku udah muak sama tingkah kamu yang kaya anak kecil, nggak mau berubah, selalu egois, aku capek sama kamu” .
“Tapi ga harus kaya gini kan caranya? Kamu nggak bisa ngomong baik-baik ya sama aku? Cara kamu salah, Lang” kata Risa.
“Ngomong baik-baik kata kamu? Sedangkan kamu aja gak pernah mau dengerin omongan aku, selalu tutup telinga atas dan mentulikan segala masalah yang kita hadapi. Terlalu banyak perbedaan diantara kita Ris, harus dengan cara apalagi aku mau ngomong, Ris? Aku tau cara aku salah, aku minta maaf, tapi cuma cara ini yang terlintas di fikiran aku. Bukan kamu saja yang mau dihargai dan dimengerti, aku juga mau Ris, tapi cowok ngga akan pernah bilang kalau menginginkan itu, cowok butuh ke-peka-an seorang cewek untuk memahami itu, tapi ternyata kamu ngga peka Ris, kamu terlalu menutup diri, bahkan kepadaku sekalipun. Aku udah berusaha sabar sama kamu Ris, tapi kesabaran orang juga ada batasnya. Dan dia, Melly sangat mengerti aku, maafkan aku Ris, tapi memang seharusnya hubungan kita ini tidak usah dilanjutkan,semakin dilanjutkan akan semakin menambah beban hati dan fikiran diantara kita, akan terlalu banyak kesakitan yang akan kita alami, kamu harus tahu bahwa aku sayang sama kamu, tapi keadaan tidak mengizinkan kita untuk bersama lagi, kita memang sudah tak sejalan” ungkap Gilang panjang lebar. Risa terdiam, termenung tak tahu harus berbuat apa. ‘sejahat itukah aku?’ Pikir Risa.
“Kalo sayang pertahanin dong! Aku ngga mau kita berakhir!” dinding air mata Risa mulai roboh, ia lemah .
“Selama ini aku udah coba pertahanin hubungan kita Ris, hubungan kita yang udah bejalan 598 hari. Kamu tau kan itu nggak sebentar Ris.  Tapi aku capek karna cuma aku yang mempertahankan hubungan ini, sementara kamu? Kamu terlalu cuek sama hubungan ini, sama kita. Jadi buat apa aku mempertahankan sesuatu yang seharusnya tidak aku pertahankan? Apa yang aku dapat? Cuma kesakitan. Hati ini udah terlanjur perih kamu gores,Ris. Maaf”.
Bulir-bulir air mata pun menetes disetiap sudut mata nya, tak terbendung lagi. Ada kekecewaan terdalam yang ia rasakan. Ia tidak bisa menahan, hanya dapat menangis karena mulut tak mampu lagi berkata, dan hati tak sanggup lagi menahan cambukan atas perkataan yang baru saja ia dengar.
“Jadi kita.. kita selesai?” Tanya Risa sambil menundukkan muka kebawah karena tak sanggup menatap Gilang, cowok yang selama ini menjadi kekasih hatinya.
“Itu cara yang terbaik, Ris. Kita masih bisa jadi teman kok. Aku sayang kamu lebih dari yang kamu tau, tapi untuk melanjutkan memang udah nggak ada harapan Ris”
“Harapan selalu ada bagi orang yang optimis Lang. Makasih ya” kata Risa
“Makasih untuk apa Ris?
“Untuk semua hari-hari yang kita lalui selama ini, untuk semua kenangan-kenangan indah kita, untuk kasih sayang kamu yang ngga henti-henti nya ke aku, untuk perhatian dan kebaikan kamu ke aku, dan untuk kesakitan yang baru aja aku lihat. Makasih banyak ya Gilang Ramadhan” jelas Risa sambil tersenyum kepada Gilang dan pergi meninggalkan Gilang yang membeku didepan dia.
Sepasang mata Gilang pun menatap kepergian Risa dengan perasaa yang campur aduk. Ia membisu didepan gadis itu. Ia merasakan sakit dan sedikit rasa penyesalan atas apa yang dia lakukan, ia terlalu menyakiti gadis ini, tapi ia harus lakukan karena ini yang terbaik bagi mereka. Gilang menyayangi Risa seperti Risa menyayangi Gilang, tapi waktu tidak mengizinkan mereka untuk bersama. Biarlah mereka memilih jalan mereka sendiri. Hubungan adalah suatu fase kehidupan dimana kita memang harus menjalaninya. Bukan untuk kembali tapi untuk dipelajari dikemudian hari agar tidak terjerumus kedalam masalah yang sama.
“Kita pulang yok Qis, urusan aku udah selesai. Makasih ya Melly, jaga Gilang baik-baik ya, titip Gilang” kata Risa sambil memeluk Melly. Melly bingung tak tahu harus berbuat apa, tapi ia lebih memilih diam dan membalas pelukan Risa sambil tersenyum kepada Risa.
****
Kesunyian menyelimuti perjalanan kami pulang. Risa menatap kedepan kaca mobil sambil melihat jalan namun aku tahu dia sedang memikirkan kejadian tadi. Tak henti-hentinya air mata terus mengalir di pelupuk matanya tanpa ia sadari. Beban hati dia terlalu berat. Seperti separuh nafasnya sirna.
“Risa..”
Tak ada jawaban yang terdengar dari bibir kecilnya. Aku tak berusaha untuk memanggil namanya lagi, karena ia sedang mengalami perang hati yang siap meremukkan isi hatinya secara perlahan.
“Qis..”
“Apa Ris?”
“Jadi aku harus gimana? Aku mentok Qis, ngga tau harus gimana. Sakit Qis” dan bulir air mata pun semakin menjadi-jadi.
“Lupain dia Ris, aku tau itu sulit, tapi cuma itu cara satu-satunya. Dia saja bisa melupakan kamu dan mencari penggantimu dengan cepat” kataku.
“Aku ngga bisa Qis, ngga bisa” ungkapnya.
“Kamu bukan ngga bisa, tapi kamu belum bisa melupakan kenangan kalian, ngga bisa sama belum bisa itu beda Ris, dan kamu belum bisa, bagaimana mungkin kamu ingin melupakan sesuatu tapi kamu sendiri enggan melupakan itu?”.
Risa sejenak terdiam, ia berfikir.
 “Ingat dong gimana dia bikin hati kamu sakit Ris, dia bukan yang terbaik buat kamu, misalkan dia ingin kembali sama kamu aku harap kamu berfikir dua kali untuk masuk kelubang yang sama. Masa lalu ngga seharusnya kembali dan tak sepantasnya kembali, Ris” kataku.

Palsu



Degupan jantung yang terkesan mendadak ini menandakan akan suatu hal yang ingin terjadi, dan teryata benar, sebuah kabar tak baik terdengar di kedua telingaku. Bagaimana aku bisa bernafas dengan normal bila berita yang terdengar olehku adalah berita yang tidak lumrah ? berita yang membuat darahku tiba-tiba turun spanning dan merasa tubuh ini tak berdaya untuk berdiri. Tiba-tiba aku terduduk lemah dikursi kayu yang berada dibelakangku. Aku sedang mengatur hati agar tidak berantakan seperti pertama kali aku mendengarnya tadi. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya dimulutku dengan membentuk huruf “O”. Lagi-lagi berita yang sama namun selalu menbuat hati ini terluka, Harapan Palsu.

                Harapan yang selama ini aku tujukan dan aku arahkan kepadanya ternyata berbuah sia-sia, perhatian dan cara ia memperlakukan aku layaknya seorang yang ia sayang ternyata cuma kepura-puraan semata. Menghabiskan waktu bersamanya sambil mengelilingi jalanan Pekanbaru sambil memakan makanan kesukaan kami setiap waktu ternyata cuma cara ia menarikku kedalam jebakan kepalsuan dirinya. 

Aku terlalu percaya padanya sehingga ke-terlalu percayaanku berubah menjadi ke-sakit-an yang aman mendalam, penyebabnya adalah dia lebih memilih Rosa, gadis manis berambut ikal yang masih berstatus adek kelas di sekolah tempat ia menuntut ilmu, gadis yang 3 tahun  lalu pernah mengisi relung hatinya, dan dengan rasa tidak berdosa dia mencampakkanku layaknya seperti sepatu usang yang sudah tak layak pakai kembali.

Dimana hatimu? Dimana perasaanmu? Dimana batinmu? Sehingga begitu mudah kau meninggalkanku dengan guratan-guratan kenangan yang telah kau ukir didalam hatiku. Tapi aku bisa apa? Hanya diam yang dapat aku lakukan, tidak mungkin aku menuntutmu atas apa yang telah kau lakukan padaku, karena kita memang tidak pernah berkomitmen untuk menjalin suatu hubungan, kita hanya dekat namun tak berstatus apa-apa. Pada akhirnya diam menjadi jawaban. Diamku bukan alas an, selain karena tidak punya hak terhadapmu, karena hatiku sudah mulai beku dengan keadaan yang selalu menuntun hati ini menuju jurang kesakitan kembali.

Sabtu, 05 Januari 2013

Air Mata



Tak terhitung berapa jumlah bulir air mata yang sudah aku tumpahkan untuk hal yang tidak ada gunanya sama sekali. Ya, aku menangisi seseorang yang belum tentu ia akan menangisiku juga, atau bahkan ia tidak ingat lagi kepadaku. Kau begitu mudah melupakan sesuatu yang menurutku sangat sulit untuk aku lupakan. Kau begitu mudah melupakan aku;kita, sementara aku begitu sulit untuk melupakan kamu;kita.
Tidak kah kau ingat bagaimana kejadian dan kenangan-kenangan yang telah kita alami selama 589 hari ? tidak kah kau merasakan kehilangan seseorang yang selalu ada disampingmu setiap saat? Tidak kah kau merindukan canda tawa tangis bahagia bersamaku selama kita bersama? Tidak kah kau merasa sedih ketika kita memutuskan untuk mengambil jalan sendiri-sendiri?
Tahukah kamu bahwa setiap menangisimu membuatku sesak karena selalu menangisi yang tidak nyata, selalu menangisi masa lalu yang tidak akan mungkin kembali, selalu menangisi kenangan-kenangan yang selalu menari-nari dalam otakku, selalu menangisi seseorang yang sudah menjadi bagian penting dalam hidup, selalu menangisi setiap detik penyesalan mengapa semua bisa terjadi, selalu menangisi kecerobohan yang menyebabkan kita terpisah.
Rindu yang tidak dapat dibendung ini menyebabkan dinding mataku roboh, menjadi serpihan kaca-kaca yang siap jatuh menyusuri pelupuk mataku yang siap membanjiri seluruh wajahku. Aku rapuh, rapuh karena hati tak lagi sanggup menahan rasa sedih yang bergejolahk didalamnya. Aku lemah, lemah karena tidak sanggup melakukan apapun, untuk mengusap air mata pun aku tak sanggup, terlalu sulit. Aku bodoh, bodoh karena menangisimu yang tak sepantasnya aku tangisi.

Kamis, 03 Januari 2013

Harapan



Hidup berawal dari sebuah mimpi.
Mimpi indah yang berujung menjadi sebuah harapan.
Aku tidak mencari, tetapi aku menemukan.
Menemukan sesosok pria yang menurutku bisa mengerti,memahami dan membaca arti dari sebuah pertemuan.

Sebuah mimpi adalah separuh dari kenyataan.
Kenyataan pahit.
Kenyataan manis.
Kenyataan pengharapan.
Kenyataan yang tak pernah diinginkan.
Dan kenyataan yang tak logis yang tak bisa diterima akal sehat manusia.

Aku memang berbeda.
Dan aku bangga dengan perbedaan yang kumiliki.
Aku hanya seorang gadis kecil dengan keterbatasan yang ada.
Gadis kecil yang tak bisa berbuat banyak sesuai keinginan hati dan pikiran.

Semua telah ku tulis dengan rapi.
Namun karena setetes tinta yang tumpah, semua itu rusak.
Dan sekarang…
Semuanya kubiarkan berserakan dimana-mana.
Menjadi setumpuk kertas tak beraturan yang sama sekali tak berguna.

Aku ingin melihat indahnya sinar di pelupuk matamu.
Walau ku tau itu hanya sekedar angan semata.
Sejuta goresan pena tlah ku rangkai menjadi beberapa kalimat yang indah.
Untuk orang yang menjadi bayangan semu dihidupku.

Dan aku yakin.
Di sana.
Di lautan yang lebih luas, pasti selalu ada ikan yang lebih besar.
Dan raihlah kehidupanmu lebih bijak.
Agar catatan kehidupanmu lebih bermakna nantinya.

Ikhlas



Mengikhlaskan dan merelakan itu berbeda
Sangat jauh berbeda
Dan tidak bisa disamakan

Mengikhlaskan itu sulit
Lebih sulit dari merelakan
Mengikhlaskan datangnya dari hati
Merelakan datangnya dari kemauan diri

Namun..
Ketika keduanya diapresiasikan dalam kehidupan nyata
Keduanya tak pernah sejalan
Dan mungkin bisa dibilang
Saling bertolak belakang