Degupan jantung
yang terkesan mendadak ini menandakan akan suatu hal yang ingin terjadi, dan
teryata benar, sebuah kabar tak baik terdengar di kedua telingaku. Bagaimana aku
bisa bernafas dengan normal bila berita yang terdengar olehku adalah berita
yang tidak lumrah ? berita yang membuat darahku tiba-tiba turun spanning dan
merasa tubuh ini tak berdaya untuk berdiri. Tiba-tiba aku terduduk lemah
dikursi kayu yang berada dibelakangku. Aku sedang mengatur hati agar tidak
berantakan seperti pertama kali aku mendengarnya tadi. Aku menarik nafas
dalam-dalam, lalu membuangnya dimulutku dengan membentuk huruf “O”. Lagi-lagi
berita yang sama namun selalu menbuat hati ini terluka, Harapan Palsu.
Harapan
yang selama ini aku tujukan dan aku arahkan kepadanya ternyata berbuah sia-sia,
perhatian dan cara ia memperlakukan aku layaknya seorang yang ia sayang
ternyata cuma kepura-puraan semata. Menghabiskan waktu bersamanya sambil
mengelilingi jalanan Pekanbaru sambil memakan makanan kesukaan kami setiap
waktu ternyata cuma cara ia menarikku kedalam jebakan kepalsuan dirinya.
Aku terlalu
percaya padanya sehingga ke-terlalu percayaanku berubah menjadi ke-sakit-an
yang aman mendalam, penyebabnya adalah dia lebih memilih Rosa, gadis manis
berambut ikal yang masih berstatus adek kelas di sekolah tempat ia menuntut
ilmu, gadis yang 3 tahun lalu pernah
mengisi relung hatinya, dan dengan rasa tidak berdosa dia mencampakkanku
layaknya seperti sepatu usang yang sudah tak layak pakai kembali.
Dimana hatimu? Dimana
perasaanmu? Dimana batinmu? Sehingga begitu mudah kau meninggalkanku dengan
guratan-guratan kenangan yang telah kau ukir didalam hatiku. Tapi aku bisa apa?
Hanya diam yang dapat aku lakukan, tidak mungkin aku menuntutmu atas apa yang
telah kau lakukan padaku, karena kita memang tidak pernah berkomitmen untuk
menjalin suatu hubungan, kita hanya dekat namun tak berstatus apa-apa. Pada akhirnya
diam menjadi jawaban. Diamku bukan alas an, selain karena tidak punya hak
terhadapmu, karena hatiku sudah mulai beku dengan keadaan yang selalu menuntun
hati ini menuju jurang kesakitan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar