“Udahlah jangan diinget-inget
lagi, dia itu cuma jejak masa lalu kamu yang nggak sepantasnya kamu inget lagi,
dia udah nyakitin kamu banget, kamu harus ingat itu” kataku sambil menepuk bahu
kanan sahabatku, Risa. Penghianatan yang dia alami cukup dalam, sehingga
menorehkan guratan-guratan luka didalam hatinya.
“Aku masih nggak habis pikir sama kejadian
yang aku liat beberapa jam yang lalu Qis, Telalu sakit.Orang yang selama ini
aku percaya ternyata malah orang yang paling menyakiti aku. Kamu nggak tau apa
yang aku rasain, Qis” ungkapnya getir, kupandang sekilas wajahnya, terlihat bulir
air mata selalu menetes disetiap sudut matanya.
“Aku emang nggak tau segimana rasa
itu kamu alami, tapi seenggaknya kamu harus berusaha mengikhlaskan apa yang
udah terjadi, ini semua udah jalan dari Tuhan, kamu nggak bisa rubah itu, nggak
akan pernah bisa” kataku.
****
“Nonton film ini aja yuk Qis”
kata Risa sambil menunjuk film di 21 yang berjudul 5cm. “Yuk, kata orang sih
bagus”.
Sambil mengantri membeli tiket, kami
melihat sekeliling bioskop, ternyata hari Kamis pun lumayan ramai, banyak
siswa-siswi yang masih mengenakan seragam sama seperti kami. Setelah mendapatkan
tiket nonton di bangku F, kami berpindah tempat menuju tempat popcorn dan soft
drink, setelah memesan kamipun mengantri untuk menonton film. 2 jam pun
berlalu, film selesai dan kamipun menuju ke restoran siap saji Amerika yang
berada dilantai 2, saat kami ingin menuruni tangga escalator tiba-tiba..
“Qis!” kata Risa mengagetkanku.
“Apa? Kok teriak? Kuping aku masih normal Ris” kataku kesal sambil memegang
telinga. “Itu.. Itu kayaknya Gilang,Qis. Dia.. dia sama cewek!” katanya dengan
suara yang setengah keras sambil meremas lengan kananku.
“Mana?” kataku melihat disekeliling
Mall. “Itu samping toko Polly pakai kemeja garis horizontal warna biru. Qis,
aku.. aku mau kesana” katanya sambil berusaha menenangkan diri .
“Astaga! Iya Ris, itu Gilang. Ayok
kesana!” kataku setengah tak percaya dengan apa yang aku lihat didepan mataku
ini.
Kamipun berjalan menuju Gilang.
“Gilang..” sapa Risa sambil memandangi
Gilang dari atas sampai bawah.
“Eh Risa. Kamu.. kamu ngapain
disini? Kok ngga bilang-bilang kalau pergi?” kata Gilang gagap.
“Sayang, siapa nih? Temen kamu ya?
Kenalin aku Melly, pacarnya Gilang, kamu siapa ya?” kata cewek yang berada
disamping Gilang yang mengaku ia adalah pacar Gilang yang bernama Melly sambil
mengulurkan tangan.
“Pacar?!“ kata Risa tak percaya.
“A..Aku bisa jelaskan Ris,
ini..ini..”.
“Iya aku pacarnya, kenapa?” kata
Melly sambil memperhatikan kami bertiga.
“Oh jadi gini,Lang?” seulas senyum
menahan kesakitan pun tersirat di wajah cantik Risa.
“Apa yang sebenernya terjadi? Kalian
siapa?” tambah Melly.
“Maaf Mel, aku mau ngomong sebentar
dengan Gilang, boleh kan?” kata Risa sambil menarik Gilang kea rah pukul 6.
****
“Maksud kamu apa kaya gini ke aku?
Jawab! Aku salah apa Lang? salah apa?! Selama ini kurang baik apa aku sama kamu
?!” ungkap Risa menahan suaranya agar tidak terdengar oleh pengunjung yang
lain, ia menarik-narik lengan Gilang, dan Gilang tak bisa berbuat apa-apa lagi,
ketahuan basah.
“Aku..aku udah bosen sama kamu, aku
udah muak sama tingkah kamu yang kaya anak kecil, nggak mau berubah, selalu
egois, aku capek sama kamu” .
“Tapi ga harus kaya gini kan caranya?
Kamu nggak bisa ngomong baik-baik ya sama aku? Cara kamu salah, Lang” kata
Risa.
“Ngomong baik-baik kata kamu?
Sedangkan kamu aja gak pernah mau dengerin omongan aku, selalu tutup telinga
atas dan mentulikan segala masalah yang kita hadapi. Terlalu banyak perbedaan
diantara kita Ris, harus dengan cara apalagi aku mau ngomong, Ris? Aku tau cara
aku salah, aku minta maaf, tapi cuma cara ini yang terlintas di fikiran aku.
Bukan kamu saja yang mau dihargai dan dimengerti, aku juga mau Ris, tapi cowok
ngga akan pernah bilang kalau menginginkan itu, cowok butuh ke-peka-an seorang
cewek untuk memahami itu, tapi ternyata kamu ngga peka Ris, kamu terlalu
menutup diri, bahkan kepadaku sekalipun. Aku udah berusaha sabar sama kamu Ris,
tapi kesabaran orang juga ada batasnya. Dan dia, Melly sangat mengerti aku,
maafkan aku Ris, tapi memang seharusnya hubungan kita ini tidak usah
dilanjutkan,semakin dilanjutkan akan semakin menambah beban hati dan fikiran
diantara kita, akan terlalu banyak kesakitan yang akan kita alami, kamu harus
tahu bahwa aku sayang sama kamu, tapi keadaan tidak mengizinkan kita untuk
bersama lagi, kita memang sudah tak sejalan” ungkap Gilang panjang lebar. Risa
terdiam, termenung tak tahu harus berbuat apa. ‘sejahat itukah aku?’ Pikir
Risa.
“Kalo sayang pertahanin dong! Aku
ngga mau kita berakhir!” dinding air mata Risa mulai roboh, ia lemah .
“Selama ini aku udah coba pertahanin
hubungan kita Ris, hubungan kita yang udah bejalan 598 hari. Kamu tau kan itu
nggak sebentar Ris. Tapi aku capek karna
cuma aku yang mempertahankan hubungan ini, sementara kamu? Kamu terlalu cuek
sama hubungan ini, sama kita. Jadi buat apa aku mempertahankan sesuatu yang seharusnya
tidak aku pertahankan? Apa yang aku dapat? Cuma kesakitan. Hati ini udah
terlanjur perih kamu gores,Ris. Maaf”.
Bulir-bulir air mata pun menetes
disetiap sudut mata nya, tak terbendung lagi. Ada kekecewaan terdalam yang ia
rasakan. Ia tidak bisa menahan, hanya dapat menangis karena mulut tak mampu
lagi berkata, dan hati tak sanggup lagi menahan cambukan atas perkataan yang
baru saja ia dengar.
“Jadi kita.. kita selesai?” Tanya Risa
sambil menundukkan muka kebawah karena tak sanggup menatap Gilang, cowok yang
selama ini menjadi kekasih hatinya.
“Itu cara yang terbaik, Ris. Kita
masih bisa jadi teman kok. Aku sayang kamu lebih dari yang kamu tau, tapi untuk
melanjutkan memang udah nggak ada harapan Ris”
“Harapan selalu ada bagi orang yang
optimis Lang. Makasih ya” kata Risa
“Makasih untuk apa Ris?
“Untuk semua hari-hari yang kita
lalui selama ini, untuk semua kenangan-kenangan indah kita, untuk kasih sayang
kamu yang ngga henti-henti nya ke aku, untuk perhatian dan kebaikan kamu ke
aku, dan untuk kesakitan yang baru aja aku lihat. Makasih banyak ya Gilang
Ramadhan” jelas Risa sambil tersenyum kepada Gilang dan pergi meninggalkan
Gilang yang membeku didepan dia.
Sepasang mata Gilang pun menatap
kepergian Risa dengan perasaa yang campur aduk. Ia membisu didepan gadis itu.
Ia merasakan sakit dan sedikit rasa penyesalan atas apa yang dia lakukan, ia
terlalu menyakiti gadis ini, tapi ia harus lakukan karena ini yang terbaik bagi
mereka. Gilang menyayangi Risa seperti Risa menyayangi Gilang, tapi waktu tidak
mengizinkan mereka untuk bersama. Biarlah mereka memilih jalan mereka sendiri.
Hubungan adalah suatu fase kehidupan dimana kita memang harus menjalaninya.
Bukan untuk kembali tapi untuk dipelajari dikemudian hari agar tidak terjerumus
kedalam masalah yang sama.
“Kita pulang yok Qis, urusan aku
udah selesai. Makasih ya Melly, jaga Gilang baik-baik ya, titip Gilang” kata
Risa sambil memeluk Melly. Melly bingung tak tahu harus berbuat apa, tapi ia
lebih memilih diam dan membalas pelukan Risa sambil tersenyum kepada Risa.
****
Kesunyian menyelimuti perjalanan
kami pulang. Risa menatap kedepan kaca mobil sambil melihat jalan namun aku
tahu dia sedang memikirkan kejadian tadi. Tak henti-hentinya air mata terus
mengalir di pelupuk matanya tanpa ia sadari. Beban hati dia terlalu berat.
Seperti separuh nafasnya sirna.
“Risa..”
Tak ada jawaban yang terdengar dari
bibir kecilnya. Aku tak berusaha untuk memanggil namanya lagi, karena ia sedang
mengalami perang hati yang siap meremukkan isi hatinya secara perlahan.
“Qis..”
“Apa Ris?”
“Jadi aku harus gimana? Aku mentok
Qis, ngga tau harus gimana. Sakit Qis” dan bulir air mata pun semakin
menjadi-jadi.
“Lupain dia Ris, aku tau itu sulit,
tapi cuma itu cara satu-satunya. Dia saja bisa melupakan kamu dan mencari
penggantimu dengan cepat” kataku.
“Aku ngga bisa Qis, ngga bisa”
ungkapnya.
“Kamu bukan ngga bisa, tapi kamu
belum bisa melupakan kenangan kalian, ngga bisa sama belum bisa itu beda Ris,
dan kamu belum bisa, bagaimana mungkin kamu ingin melupakan sesuatu tapi kamu
sendiri enggan melupakan itu?”.
Risa sejenak terdiam, ia berfikir.
“Ingat dong gimana dia bikin hati kamu sakit
Ris, dia bukan yang terbaik buat kamu, misalkan dia ingin kembali sama kamu aku
harap kamu berfikir dua kali untuk masuk kelubang yang sama. Masa lalu ngga
seharusnya kembali dan tak sepantasnya kembali, Ris” kataku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar