Sabtu, 05 Januari 2013

Air Mata



Tak terhitung berapa jumlah bulir air mata yang sudah aku tumpahkan untuk hal yang tidak ada gunanya sama sekali. Ya, aku menangisi seseorang yang belum tentu ia akan menangisiku juga, atau bahkan ia tidak ingat lagi kepadaku. Kau begitu mudah melupakan sesuatu yang menurutku sangat sulit untuk aku lupakan. Kau begitu mudah melupakan aku;kita, sementara aku begitu sulit untuk melupakan kamu;kita.
Tidak kah kau ingat bagaimana kejadian dan kenangan-kenangan yang telah kita alami selama 589 hari ? tidak kah kau merasakan kehilangan seseorang yang selalu ada disampingmu setiap saat? Tidak kah kau merindukan canda tawa tangis bahagia bersamaku selama kita bersama? Tidak kah kau merasa sedih ketika kita memutuskan untuk mengambil jalan sendiri-sendiri?
Tahukah kamu bahwa setiap menangisimu membuatku sesak karena selalu menangisi yang tidak nyata, selalu menangisi masa lalu yang tidak akan mungkin kembali, selalu menangisi kenangan-kenangan yang selalu menari-nari dalam otakku, selalu menangisi seseorang yang sudah menjadi bagian penting dalam hidup, selalu menangisi setiap detik penyesalan mengapa semua bisa terjadi, selalu menangisi kecerobohan yang menyebabkan kita terpisah.
Rindu yang tidak dapat dibendung ini menyebabkan dinding mataku roboh, menjadi serpihan kaca-kaca yang siap jatuh menyusuri pelupuk mataku yang siap membanjiri seluruh wajahku. Aku rapuh, rapuh karena hati tak lagi sanggup menahan rasa sedih yang bergejolahk didalamnya. Aku lemah, lemah karena tidak sanggup melakukan apapun, untuk mengusap air mata pun aku tak sanggup, terlalu sulit. Aku bodoh, bodoh karena menangisimu yang tak sepantasnya aku tangisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar