Senin, 17 Desember 2012

Chatting Pagi

pagi ini, aku duduk di plesteran kursi berwarna biru yang berada menempel di tembok kelas XII IPS1. hari ini jadwal sekolah ku hanyalah class meeting yang memperlombakan futsal lelaki antar kelas. aku sedikit kecewa karena ditiadakannya lomba futsal untuk cewek, padahal 2 tahun yang lalu osis mengadakan itu, tapi apa daya.

aku duduk bersama sahabatku, dea. gadis keturunan cina yang berbadan kurus, selalu memakai tas ransel yang tak perna ditutup nya rapat, jilbab yang selalu menutupi dada nya dan menggunakan sepatu tom kins hitam bertali. disebelah dea ada ina, gadis berbadan munggil yang memakai behel berwarna perak yang sedang sibuk ber-bbm ria, mengenakan tas jinjing berwarna putih dan memakai sepatu flat, jilbabnya dikesampingkan di kanan dan kiri, modis. disebelah ina ada wati, gadis keturunan jawa ini berbadan bantet, memakai sepatu flat, menggunakan jilbab seperti gaya ina dan juga senang ber-bbm ria.

sambil menunggu kelas ku mendapat giliran bermain futsal, mataku mencari-cari handphone yang aku masukan ke dalam tas batik ku. setelah aku menemukan nya, aku melihat 1 pesan chatting, tak sabar aku ingin mengetahui siapa orang yang meng-chat ku, ku buka.. ternyata dia lagi, cowok misterius :)

"hey" sapa nya pertama kali membuka percakapan chatting. aku tak membalas, karena aku sedang sibuk melihat futsal cowok anak kelas XII yang sedang melakukan pinalti.

1 chatting menggetarkan handphone ku kembali, dan chatting itu dari dia, yang bertuliskan

"dimana kasihku? dimanakah sosokmu? yang dulu terbujur kaku mengharapkanku. dimanakah bayangmu?yang dulu berjalan seiring langkahku. dimanakah senyummu? yang dulu lembut dan mesra menatap ke arahku? dimanakah tawamu? yang dulu pernah mengajakku menari diatas deritaku? dimanakah genggamanmu ?yang hangat dan tak pernah sekalipun tersentuh kecewamu? lalu dimanakah kita? yang selalu menyalahkan jarak dan waktu. lalu dimanakah aku? aku yang terus menunggu sambil terus bertanya dimana engkau, kasihku"

aku terdiam, aku takjub melihat setiap kata yang ia tuliskan, sederhana namun bermakna. jemarinya sangat lihai menuliskan kalimat-kalimat itu, sungguh aku takjub.aku bingung harus membalas apa, aku tak mampu berkata-kata, aku memutuskan untuk tak membalas, maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar