Minggu, 16 Desember 2012

Dompet Pink Sinta bagian I


Ia berlari tergesa gesa menuju ruang kelas, aku dan putri yang berada disampingnya juga ikut berlari, tapi aku tak tau pasti apa yang menyebabkan ini terjadi. setelah sampai dimuka kelas, aku berusaha menetralisir nafasku yang sempat hilang timbul.

"aku tadi letak disini woy, yakinlah" kata nya sambil menunjuk tas dan memuntahkan segala isinya.
"apa yang kau letakkan?" tanya putri.
"dompetku, uang isi buku lks kalian" kata sinta lemas.
"ha? jadi dompetmu hilang? gitu?" kataku setengah kaget karena ini alasan kenapa kami berlari tadi.
"iya, aku ingat persis tadi aku udah naroh didalam tas" katanya getir. salahmu meletakkan barang berharga sembarangan, dasar teledor, pikirku dalam hati.
"sudah kau cari di laci?"
"sudah, tapi ga ada"
"kalo gitu kita periksa semua isi tas mereka" kataku. kami ber 3 memeriksa tas teman kami satu persatu, waktu itu kelas kosong, maklumlah kami olahraga, memang sedikit lancang memeriksa barang orang tanpa sepengetahuan pemiliknya, tapi keadaan sekarang berbeda, mendesak.

"nihil" kataku putus asa.
"jadi aku harus bagaimana?" kata sinta
"berapa isi di alam dompetmu kalau aku boleh tau?"
"hanya uang lks milih ina, dan beberapa lembar uang yang aku selipkan diantara dompet"
"kira-kira berapa?"
"sekitar 600ribu"
"GILA" kataku bersamaan dengan putri.
"gabisa tinggal diam, kita harus nyari, duitmu ga sedikit sin"
"bukannya kau tau bahwa kita tak menemukan apapa? nihil woy" katanya agak meninggi. ah aku tau bagaimana perasaannya, gelisah,takut,cemas.
"gimana kalau kita tanya pak udin, kalian taulah dia kan biasanya membantu murid yang kehilangan"
"boleh dicoba tuh, yuk ke kantornya"

kami berlari agak cepat, takut kalau pak udin segera menuju ke kelas yang akan dia ajar, kami tiba didepan kantornya, seutas senyum terlihat dimuka kami.
"assalamualaikum pak" kata kami bersamaan
"waalaikum salam, kenapa nak?
"gini pak, dompet sinta hilang di kelas" kata putri
"astaghfirullah, gimana ceritanya?"
"tadi sewaktu selesai berganti pakaian, saya ingin meletakkan baju kedalam tas, saya memeriksa isi tas dan tak menjumpai dompet, saya tak terlalu memikirkan karna saya pikir saya lupa, tapi saya berpikir, saya gak mungkin lupa karna saya tadi mengeluarkan dompet sewaktu imtaq"


***

"sin, audrya belum datang, duit sama dia, gimana hadiah duitnya nih? imtaq mau mulai bentar lagi, pakai duitmu sajalah dulu ya, kan samasama bendahara" kataku tergesa.
"oke qis" ia membuka dompet dan memberikanku 4 lembar uang 5ribuan. ya hari ini kelas kami kebagian menjadi pembawa imtaq, dan biasanya diselingi kuis untuk menarik perhatian yang berhadiah uang.
aku langsung lari setelah mendapatkan uang, karena aku takut kalau acara nya sudah mulai, aku memanggil sinta, dan sinta mengikuti dibelakangku.

***
kami ber 3 mengikuti pak udin menuju kelas, pak udin berkata bahwa pelakunya pasti anak kelas kami sendiri dan periksa sudut pintu, pot bunga, dan lemari barangkali dia mengembalikannya. pak udin juga menyuruh dea membacakan ayat-ayat alquran selama 44 kali.

aku dan putri duduk dibawah kipas, letih merajalela dalam tubuh kami karena seringnya berlari lari. sinta duduk memegang al-quran di tempatnya berada, suara nya getir. aku dan putri saling berpandangan dan saling berpikir, siapakah orang yang tega berbuat begini kepada sinta?

***

"jadi dia pelakunya?"
"kok bisa? ga nyangka ya. tampang kaya tapi kelakuan klepto"
"pantes aja barang-barangnya mahal, ternyata hasil curian, cuih"
"duit kau disana berapa?"
"ih ngga percaya aku"
"berbehel, lulusan sekolah elite tapi...."
"bakar dia bakar"
"panggil dukun, santet, selesai"
"tulah kau tu dompet ditinggal-tinggal dalam kelas"
 hujatan-hujatan itu silih berganti memenuhi isi kelas.riuh dan semrawut, merubah ruang kelas seketika menjadi pasar ikan, ramai, mulut bertebaran dimana-mana. aku, putri dan sinta lebih memilih diam. kami juga tak menyangka bahwa yang di bicarakan oleh pak udin adalah dia.

***
"siapa yang duduk dibarisan kanan no 2 sebelah meja guru barisan ke 4 itu nak?" suara pak udin mengagetkan ku dan putri yang sedang menelusuri siapa pelaku yang mengambil dompet sinta.

"yang mana pak? yang ini?" aku menuju meja yang dimaksud.
"iya nak"
"dulu saya yang duduk disini pak, karena mata saya tak bisa melihat jaak pandang jauh, saya pindah kesamping dea dibarisan no 2 sebelah pintu" kataku menjelaskan.
"lalu yang duduk disini siapa?"
aku bergumam, dan ku jawab "amalia pak, kenapa memang?"
"menurut pengelihatan bapak, seseorang yang duduk ditempat itulah yang mengambil dompet sinta"
"subhanallah" kataku bersamaan dengan putri dan diselingi beberapa anak yang sudah kembali dari pelajaran olahraga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar